Senin, 07 September 2009

TEHNIK BERPIDATO

Makalah disampaikan pada Pembinaan Da'i Muda Se-Kab. Banyuwangi
Oleh : Drs. H. Misbah Ahmad, M.Si (Penyuluh Agama Tk. Madya)



B. PIDATO
Untuk menjadi seorang ahli pidato yang mahir dan profesional dapat dicapai melalui beberapa tahapan sbb :
1. Belajar
Kecakapan berpidato di muka umum itu, bukan saja bisa dipelajari, bahkan juga wajib dipelajari. Tentu saja didalam mempelajarinya, ada yang mudah dan cepat berhasil, dan ada pula yang sukar dan lambat berhasil, hal ini dengan sendirinya tergantung individu masing-masing.
2. Berlatih
Kebanyakan mereka yg suka berpidato mengabaikan latihan, karena mereka merasa cukup dan puas dengan kepandaian dan kecakapannya hanya dengan pengalaman berpidato beberapa kali saja, sehingga mereka tiada memerlukan waktu untuk melatih diri. Perasaan yang menganggap enteng kepada latihan adalah sama sekali. Ibarat pisau yang tidak pernah diasah tentu akan tumpul dan sulit untuk digunakan.
3. Berfikir
Disamping memperkaya kata-kata, juga perlu diusahakan memperbesar daya berfikir. Persediaan kata-kata yang banyak tidak mempunyai arti apabila daya berfikir lemah. Adapun cara yang lebih efektif untuk memperbesar daya berfikir adalah dengan jalan banyak membaca dan memahami bacaan-bacaan itu.


4. Persiapan
a. Persiapan Fisik
- Kesehatan; Hendaknya diperhitungkan kesehatan orang yang akan berpidato, mengingat gangguan kesehatan dapat mengganggu konsentrasi pikiran.
- Pakaian; Orang yang akan berpidato hendaknya mengenakan pakaian yang sopan, cocok dan sesuai dengan suasana serta sopan menurut ukuran umum setempat.
- Transport; Apabila tempat penyelenggaraan acara jauh, hendaknya diperhitungkan sungguh2, jangan sampai terlambat tiba ditempat tujuan yang akan menimbulkan kegelisahan para hadirin terutama bagi si pengundang.
b. Persiapan Mental
- Tidak Merasa Rendah Diri
- Ikhlas
- Jangan Memperlihatkan Kekurangan dan Kelemahan
c. Persiapan Teknis
Seseorang yang berpidato dituntut, agar terlebih dahulu menguasai masalah yang akan disampaikan, termasuk dalil-dalil yang akan diketengahkan untuk memperkuat uraiannya. Disamping itu, tidak boleh dilupakan mengenai lamanya waktu yang dipergunakan didasarkan pada situasi dan kondisi yang dihadapinya.

5. Sistematika
a. Bagian Pendahuluan
- Berisikan puji syukur, dan keterangan pembukaan dari masalah/topik yg hendak di utarakan.
b. Bagian Batang Tubuh
- Berisikan uraian-uraian yg dikuatkan oleh dalil2 yg berhubungan, ditopang oleh fakta dan sejarah dan merupakan sumbangan utama dari orang yang berpidato
c. Bagian Kesimpulan dan Penutup
- Berisikan mengingat pokok pikiran, disimpulkan, diiringi harapan dan do’a serta permohonan maaf

6. Gaya dan Langgam Berpidato
Langgam Agama
- Langgam agama mempunyai suara yg terkadang naik dan kemudian menurun dengan gaya ucapan yg lambat dan ceremonis. Pada umumnya dipakai khotib, muballigh, kyai saat berkhutbah.
Langgam Agitator
- Langgam Agitator dikemukakan secara agresif dan terbanyak digunakan di dalam pertemuan-pertemuan/rapat-rapat umum, yg bersifat propaganda politis.
c. Langgam Conversatie
- Langgam Conservatie merupakan langgam yg paling bebas, jelas, tenang dan terang, dimana pemakaiannya yg paling tepat dalam pertemuan-pertemuan/ rapat2 yang sifatnya terbatas.
d. Langgam Didaktik
- Langgam yg sifatnya mendidik para pendengar, yg dipakai para guru terhadap siswanya waktu mengajar, atau dipakai waktu memberikan ceramah.
e. Langgam Sentimentil
- biasanya dipakai secara efektif dan banyak berguna didalam sidang umum dengan jalan mengemukakan kupasan-kupasan yg penuh perasaan.
f. Langgam Statistik
- umumnya terlihat pada pembicara yg membaca naskah dengan menggunakan angka2. Tepat digunakan dihadapan cerdik pandai/para ahli.
Langgam Teater
- Langgam pidato yg penuh dgn gaya mimiek seperti yg dilakukan oleh pemegang peranan dipanggung sandiwara.

7. Gaya dan Gerak
- Gaya dan gerak berbicara dikala berpidato adalah suatu hal yang penting dan patut mendapat perhatian, sama pentingnya seperti tekanan suara yang menaik dan menurun menurut keadaan. Pada hakekatnya gaya dan gerak tangan itu merupakan pertanda pengucap ucapan, tetapi sebaiknya janganlah dilakukan dengan dipaksa atau dibuat-buat. Apalagi hal ini digunakan terlalu banyak, kelihatannya akan menggelikan.
8. Situasi - Situasi/keadaan pertemuan juga merupakan faktor penting bagi suksesnya berpidato. Pembicara yg berpidato tanpa mengindahkan situasi, baik waktu berpidato (sore, malam, pagi) ataupun sifat pertemuan itu sendiri berakhir dengan kurang memuaskan atau mengalami kegagalan, oleh karena usaha dan tenaga yang diberikan tidak seimbang dengan hasil yang diperoleh.
9. Suara
- Suara yang dipakai hendaknya yang nyaring, terang dan tenang. Disamping itu suara yg dipakai hendaknya disesuaikan dengan keadaan ruangan, apakah memakai loud speaker/tidak, apakah ruangan itu menggema/tidak. Untuk memperoleh suara yg nyaring, tenang dan terang dapat dilatih dengan jalan membaca setiap hari dengan memperhatikan setiap tekanan kata-kata serta tanda-tanda bacaan disetiap kalimat sebaik mungkin.
10. Penyesuaian Langgam pengucapan pidato hendaknya senantiasa disesuaikan dgn keadaan milliu pertemuan dan hadirin yg ada.
11. H u m o r
Seseorang yg mempunyai kepandaian luar biasa untuk berpidato tidak akan melupakan unsur-unsur yg menggembirakan didalam isi pidatonya. Humor merupakan obat mujarab untuk memulihkan kembali situasi tegang kepada situasi biasa, asalkan penggunaannya dipakai secara bijaksana dan penempatannya diletakkan dengan layak.
12. Perbandingan
Selain daripada humor, maka sbg alat untuk mempopularitaskan pembicaraan adalah dgn cara mengemukakan sejarah, cerita-cerita lama, dongeng-dongeng sebagai pembanding/sebagai contoh.